PRAGMATIK DAN PENGAJARANNYA
A.
Pragmatik
dalam Pengajaran Bahasa
Dalam
pragmatik, pengkajian bahasa didasarkan pada penggunaan bahasa bukan pada
struktural semata. Konteks-konteks yang melingkupi suatu bahasa akan mendapat
perhatian yang besar dalam kaitannya dengan makna yang muncul dari suatu
penggunaan bahasa. Kondisi praktis tindak komunikatif menjadi pijakan utama
dalam pengkajian pragmatik. Dalam hal ini, wacana-wacana yang berkaitan dengan
proses komunikasai akan dikaji.
Menurut
Maidar Arsyad, pragmatik membaca pengkajian bahasa ke dalam keterampilan
menggunakan bahasa untuk berkomunikasi praktis dalam segala situasi yang
mendasari interaksi kebahasaan antara manusia sebagai anggota masyarakat (1997
: 3.17). Nababan mengemukakan beberapa faktor penentu dalam berkomunikasai:
siapa yang berbahasa dengan siapa; untuk tujuan apa; dalam situasi apa (tempat
dan waktu); dalam konteks apa (peserta lain, kebudayaan dan suasana); dengan
jalur apa (lisan atau tulisan); media apa (tatap muka, telepon, surat, dan
sebagainya); dalam peristiwa apa (bercakap-cakap, ceramah, upacara, laporan,
dan sebagainya) (1987 : 70). Adapun Suyono mengemukakan tiga konsep dasar dalam
pengguanan bahasa (studi pragmatik) yaitu tindak komunikatif peristiwa, dan
situasi komunikatif (1990 : 18).
Pragmatik
akan sangat membantu dalam pengajaran bahasa (khususnya di sekolah). Dengan
bentuknya yang pragmatis diharapkan siswa dapat menggunakan bahasa sasaran
sesuai konteks yang melatari kegiatan bahasa nyata (Nurhadi, 1995 : 146). Dari
pendapat tersebut komunikasi yang terjadi diorientasikan pada pencapaian kualitas
yang bersiafat pragmatis, sehingga pengguna (siswa) dapat menggunakan bahasa
sesuai dengan konteksnya. Seperti dikemukakan oleh Maidar Arsyad bahwa dalam
pengajaran bahasa, pembuat kurikulum, atau program pembelajaran harus
memikirkan bahan tentang berbagai ragam bahasa dan melatihkannya sesuai dengan
situasai dan konteks pemakaiannya (1997 : 3.17). ada tiga hal penting dari
pendapat tersebut yaitu program belajar, ragam bahasa, dan pelatihan sesuai
situasi dan konteks.
Pembelajaran
yang diorientasikan pada tataran praktis tindak komunikasi akan sangat
diperlukan bagi peserta didik. Dalam hal ini, pendekatan komunikatif (lebih
spesifik pragmatik) sangat membantu dalam mengarahkan proses pembelajaran
bahasa yang dilakukan, terutama pada tataran pendidikan formal atau sekolah.
1. Pragmatik
sebagai cabang ilmu bahasa
Pragmatik sebagai ilmu merupakan
cabang linguistik yan bidang kajiannya bukan bunyi dan bentuk bahasa, bukan
pula makna bahasa, melainkan fungsi bahasa. Kajian makna secara semantis
memusatkan perhatiannya pada kajian makna kalimat (termasuk makna kata atau
klausa) secara abstrak atau kalimat yang bebas-konteks, sedangkan kajian makna
secara prakmatis memusatkan perhatiannya pada kajian makna kalimat atau
konteks. Kalimat dalam konteks inilah yang disebut tuturan atau ujaran.
Bambang Kaswanti Purwo (1990)
membedakan bahan kajian menjadi dua:
1) Bahan
kajian linguistik
Sebagai
bahan kajian linguistik pragmatik mengkaji:
a. Deiksis
Purwo
(1984, 1990) mengatakan bahwa deiksis mengacu bahan kajian yang berupa kata-kata
yang rujikannya atau referennya berpindah-pindah. Sedang Nababan (1987;
bandingkan dengan Purwo 1984) membedakan adanya lima jenis deiksis; deiksis
orang, deiksis tempat, deiksis waktu, deiksis wacana, dan dieksis sosial.
b. Praanggapan
atau praduga
Mengkaji
konsep dugaan atau anggapan sebelumnya yang ada dalam benak penutur pada waktu
berbicara.
c. Tindak
ujaran atau tindak tutur
Mengkaji
suatu kenyataan berbahasa bahwa pada waktu setiap penutur mengatakan suatu
kalimat, sebenarnya ia tidak hanya mengucapkan, melainkan bersamaan dengan
pengucapan itu ia melakukan sesuatu. Nababan (1987) membedakan adanya tiga
macam tindak bahasa: lokusi, ilokusi, perlokusi.
d. Impikatur
percakapan
Dalam
kaitan dengan konsep implikatur ini Grice (1957) membuat teori tentang
bagaimana orang menggunakan bahasa supaya terjadi komunikasi yang baik.
Dikatakan bahwa didalam mengguanakan bahasa seseorang harus mengindahkan
prinsip kerja sama dan prinsip kesopanan. Prinsip kerjasama berisis empat
maksim yakni aspek kualitas, kuantitas, relevansi, dan cara. Prinsip kesopanan
berisi enam maksim yakni kebijaksanaan, kedermawanan, penghargaan,
kesederhanaan, permufakatan, dan simpati.
2)
Bahan pengajaran
bahasa
2.
Pragmatik
sebagai bahan pengajaran bahasa
Bahan
pengajaran pragmatik di dalam kurikulum 1984 mencoba menjabarakan semuanya itu
ke dalam enam aspek bahan pengajaran: sosial, intelektual, emosional, informasi
faktual, moral, dan penyalesaiaan masalah.
3.
Pragmatik
sebagai suatu pendekatan pengajaran bahasa
Pendekatan
dalam pengajaran bahasa mengacu pada asumsi atau aksioma tentang apa itu bahasa
dan bagaimana belajar bahasa diyakini berlangsung.
Implikasi
Pendekatan Pragmatik dalam Pengajaran Bahasa
Ø Pertama
: tujuan pengajaran yang harus dicapai adalah dimilikinya kemampuan komunikatif.
Ø Kedua
: pengajaran yang berupa satuan-satuan lingual itu harus disajikan dala suatu
konteks komunikasi yang riil, bukan dibuat-buat.
Ø Ketiga
: karena di dalam konteks komunikasi yang riil satuan-satuan lingual itu tidak
tersaji secara sistematis, maka tekanan penyajian perlu diprioritaskan pada
kadar keseringan kemunculan satuan-satuan lingual di dalam suatu konteks.
B. Pendekatan
Pragmatik dalam Pengajaran Bahasa
Istialah pragmatik dipakai secara
lebih luas lagi untuk “aturan pemakaian bahasanya sehubungan dengan maksud
pembicara sesuai dengan konteks dan keadaan”. Bahasa mempunyai bentuk-bentuk
yang sesuai konteks dan keadaan. Bentuk-bentuk yang berbeda itu disebut ragam
bahasa. Ada empat macam variasi bahasa bergantung pada faktor yang berbubungan
atau sejalan dengan ragam itu. Keempat faktor itu adalah:
1. Faktor
geografis
2. Faktor-faktor
kemasyarakatan
3. Faktor-faktor
situasi berbahasa
4. Faktor-faktor
waktu
Orientasi
belajar mengajar bahasa berdasarkan tugas dan fungsi berkomunikasai ini disebut
komunikatif. Bentuk bahasa yang dipakai selalu dikaitkan dengan faktor-faktor
penentu diatas. Ilmu tang mempelajari hubungan bahasa dengan faktor-faktor
penentu itu disebut faktor pragmatik.
C. Prangmatik dan
Aspek-aspeknya dalam Pengajaran Bahasa Indonesia
1. Pendekatan
pragmatik atau komunikatif
Menurut Morris dalam (Gazdar 1979 :
85) bahwa pragmatik merupakan salah satu bagian dari telaah isyarat-isyarat
atau tanda-tanda bahasa. Menurutnya dikatakan bahwa isyarat-isyarat bahasa,
dalam pengkajiannya dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
1) Sintaksis
2) Semantik
3) Pragmatik
2. Hakikat
aspek-aspek pragmatik bahasa indonesia
Aspek-aspek pragmatik diantaranya
sebagai berikut:
1) Aspek
sosialisasi
2) Aspek
intelektual
3) Aspek
menyelengarakan sesuatu atau aspek perintah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar