Rabu, 17 Oktober 2012

ANALISIS STRUKTURAL Cerpen “Tebarkan Abu Jenazaku ke Telaga” Karya S Prasetyo Utomo


Analisis struktural
1.     Teori Struktural
Endraswara (2008:49) berpendapat bahwa Munculnya strukturalisme sebagai teori sastra diawali dengan pandangan bahwa karya sastra merupakan unsur-unsur yang kompleks dan bersistem. Unsur-unsur yang ada di dalam karya sastra tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Hubungan antar unsur itulah yang merupakan kriteria untuk menentukan baik dan buruknya karya sastra.
Teori struktural adalah teori yang memandang teks sastra berdasarkan unsur-unsur yang ada di dalamnya untuk diidentifikasi dan dipahami relasinya sebagai satu kesatuan yang kompleks. Teori ini bermula dari pandangan Ferdinand de Saussure yang memandang adanya system di dalam bahasa. Pandangan ini kemudian diperluas dengan asumsi bahwa sistem itu juga ada di dalam sastra.
Dalam memandang karya sastra, kerja dari teori struktural ini sangat terlihat dalam konsep yang diutamakan oleh Rene Wellek dan Austin Warren di dalam buku Teori Kesusastraan. Di dalam buku ini, dipelajari mengenai karya sastra yang memuat unsur intrinsik dan ekstrinsik.
Menurut Mahayana  (2005:52) karya sastra diperlukan sebagai teks terbuka, maka makna karya itu didak bersifat tunggal, melaikan multi-interpretasi yang akan mengungkapkan kekayaan makna yang bersangkutan. Sedangkan menurut Zinudin Fananie (2001:16) bahwa yang terpenting adalah bagaimana fungsi hubungan tersebut dalam menghadirkan makna secara keseluruhan.
Dari semua pendapat mengenai teori struktural adalah struktur yang ada di dalam karya sastra tidak dapat dipisahkan dan menjadi satu kesatuan yang utuh.
Di dalm teori struktural, dibagi menjadi dua bagian yaitu intrinsik dan ekstrinsik. 
a.     Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik dipahami sebagai unsur pembangun yang berada di dalam teks sastra. Menurut Rene Wellek dan Austin Warren unsur intrinsik itu di antaranya alur, tokoh, dan latar. Sebenarnya masih banyak bagian lain, yang dapat diposisikan sebagai unsur intrinsik seperti adanya sudut pandang pengarang, amanat, dan gaya bahasa. Namun, yang terpenting untuk di analisis yaitu: alur, tokoh, dan latar.
1)      Alur
Alur merupakan jalannya cerita yang ada di dalam karya sastra. Alur menjadi “struktur naratif” yang menjadikan cerita mengalir untuk bias dipahami. Pandangan mengenai alur secara esensinya sebenarnya sama, yakni ingin mengungkapkan jalinan peristiwa yang terkandung dalam karya sastra. Jalinan peristiwa tersebut ada yang lurus (maju), ada yang justru mundur, dan ada yang campuran. Alur dalam karya sastra ditentukan oleh rangkaina kejadian dari waktu ke waktu.
2)      Tokoh dan Penokohan
Tokoh adalah orang-orang yan terlibat dan ada di dalam karya sastra. Tokoh tidak hanya orang, tetapi juga dapat binatang yang merepresentasikan kehidupan manusia.
Penokohan adalah cara pengarang dalam mengilustrasikan sifat dan karakter dari setiap tokoh yang ada di dalam karya sastra. Cara pelukisan itu dapat dilakukan secara analisik dan dramatik.
3)      Latar
Latar adalah tempat atau kejadian dari suatu cerita. Latar ada tiga macar, yaitu latar tempat latar, latar waktu, dan latar sosial. Latar tempat adalah latar yang mengungkapkan lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam novel. Latar waktu adalah latar yang berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam novel. Latar sosial adaalah latar yang mengungkapkan hal-hal sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan di dalam novel.

b.    Unsur Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik dipahami sebagai unsur pembangun yang berasal dari luar teks sastra. Memahami karya sastra berdasarkan unsur ekstrinsik adalah memahami koneks dari karya sastra. Suatu karya sastra memiliki keterkaitan dengan kehidupan. Karya sastra diungakap mengenai latar belakang sosialnya, makna, amanat, sikap pengarang, dan nilai estetika (Mahayana, 2005:280).
Analisis struktural pada karya sastra tidak hanya menyebut siapa tokohnya, bagaimana alurnya, di mana settingnya, apa temanya, dan bagaimana moralnya. Unsur-unsur itu saling terkait dan terajalin untuk mewujudkan makna agar memberikan pencerahan terhadap pembaca.

2.      Pembahasan: Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Cerpen “Tebarkan Abu Jenazaku ke Telaga” Karya S Prasetyo Utomo
a.     Unsur Intrinsik
1)    Alur
            Alur yang ada dalam cerpen “Tebarkan Abu Jenazaku ke Talaga” karya S Prasetyo Utomo dengan alur maju. Alur maju adalah alur cerita yang peristiwa-peristiwanya dimulai dengan kejadian pada suatu masa, kemudian beranjak terus maju hingga selesai atau di ceritakan secara kronologis. Hal ini dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.
Hampir sepuluh tahun Steven tinggal di desa sunyi di tepi telaga. Ia mengikuti Karti, pembantu rumah tangganya yang kembali ke desa, ketika ia pensiun dari Kedutaan Besar Inggris di Ibu Kota. Lelaki yang aneh. Dia membeli rumah kayu di dekat telaga, tidak jauh dari rumah Karti. Hidup menyepi. Tinggal sendirian. Melukis dan mengail ke telaga.
Kukenal Steven ketika aku tengah mancing di tepi telaga. Lambat dan tanpa disadari, kabut memudar di bawah pohon joho tua. Kami duduk di atas akar yang melata. Lelaki bule itu mengail dengan tenang, suntuk, hampir tanpa gerak.
Ketika hangat cahaya matahari mulai memantul di atas permukaan telaga, Steven beranjak pulang, mengangguk ke arahku. Menenteng ikan-ikan menggelepar hasil pancingannya. Langkah kakinya ringan.
                        Di dalam kutipan tersebut di jelaskan bahwa cerita yang ditulis menunjukan kisah di masa sekarang, dimana di ceritakan Steven telah lama tinggal di desa yang sunyi di tepi telaga. Adapun untuk kejelasan dari perjalanan cerita di dalam cerpen ini, akan tampak pada kutipan di bawah ini.
BERHARI-HARI aku tak bertemu Steven. Tiap pagi aku mengail sendirian, dan berharap lelaki bule itu akan menyusulku duduk di atas akar pohon joho tua. Meski kami tak berbincang-bincang, kehadirannya menenteramkan hatiku. Setidaknya aku, yang menikmati masa pensiun, dan kembali ke kampung halamanku, hidup berdua dengan istri yang sudah renta, menemukan pertautan rasa dengannya. Di desa ini ia tak memiliki kerabat dan keluarga. Atau baginya, tak diperlukan lagi kerabat dan keluarga?
            Di dalam kutipan tersebut menceritakan keadaan masa sekarang, dimana tokoh aku yang merasa dirinya sama seperti tokoh steven yang menghabiskan masa pensiunnya di desa. Dari kedua kutipan itu dengan jelas bahwa pengaran memilih alur maju. Dimana ceritanya hanya mengisahkan masa sekarang dan beruntun/berurutan.
2)    Tokoh dan Penokohan
          Tokoh yang ada di dalam cerpen “Tebarkan Abu Jenazaku ke Telaga” karya S Prasetyo Utomo adalah tokoh aku, Steven, dan Karti.
            Tokoh aku merupakan teman dekat Steven, mereka sering memancing bersama di telaga, seperti pada kutipan dibawah ini.
                              Ku kenal Steven ketika aku tengah mancing di tepi telaga. Lambat dan tanpa disadari, kabut memudar di bawah pohon joho tua. Kami duduk di atas akar yang melata. Lelaki bule itu mengail dengan tenang, suntuk, hampir tanpa gerak.
Ketika hangat cahaya matahari mulai memantul di atas permukaan telaga, Steven beranjak pulang, mengangguk ke arahku. Menenteng ikan-ikan menggelepar hasil pancingannya. Langkah kakinya ringan.
Suatu pagi, Steven mengundangku ke rumahnya. Kami minum teh di ruang tamunya yang luas. Lukisannya tentang ikan-ikan, bangau, pohon joho, dan ratu siluman penunggu telaga, dipamerkannya padaku…..
Tokoh aku juga orang yang diberi wasiat oleh Steven untuk menebarkan abu jenazanya ke telaga. Tampak pada kutipan berikut.
BAGAIMANA caraku menebar abu jenazah Steven ke telaga? Ia berwasiat, jauh sebelum buta matanya dan meninggal dunia, menghendaki abu jenazahnya ditaburkan ke telaga yang tak jauh dari rumahnya. Tapi bagaimana aku bisa melakukannya? Telaga itu telah beberapa tahun ini dikeringkan. Telaga, yang diyakini orang-orang sekitar, tempat bidadari mandi, berubah menjadi hamparan lahan dipetak-petak. Selalu dikisahkan Steven saat mengail di telaga: bidadari turun dari lengkung pelangi untuk berendam dan bersenda gurau, saat dilihatnya gadis-gadis desa menceburkan diri dalam bening air, membasuh tubuhnya sehabis mencuci pakaian.
Dalam kutipan tersebut, kata AKU sengaja di beri garis bawah agar pembaca dapat mengetahui bahwa terdapat tokoh aku dalam cerpen tersebut. Selain tokoh aku, ada tokoh Steven.
Steven adalah orang yang memberi wasiat pada tokoh aku untuk menebarkan abu jenazanya ke telaga apabila dia sudah meninggal dunia. Seperti pada kutipan di bawah ini.
Usai shalat subuh di surau, ketika melewati rumah Steven, aku sudah dihadang Karti. Perempuan setengah baya itu memintaku untuk menemui Steven. “Kesehatannya memburuk, dan memerlukan teman bicara.”
Terbaring dengan tubuh lemah, Steven masih menampakkan wajah yang tenang. Tangannya dingin dan lunglai. “Aku harus berwasiat padamu. Bila aku mati, tebarkan abu jenazahku ke telaga.”
Aku tak bisa berkata tidak. Tapi bagaimana mungkin memperturutkan wasiat Steven? Telaga itu telah menjelma lahan-lahan kering, yang terpetak-petak, yang dimiliki juragan-juragan dari kota…..
Selain tokoh aku dan Steven, ada juga tokoh Karti, dia adalah pembantu rumah tangga Steven yang setia menemani majikanya (Steven) hingga menghembuskan nafas terakhir.
Hampir sepuluh tahun Steven tinggal di desa sunyi di tepi telaga. Ia mengikuti Karti, pembantu rumah tangganya yang kembali ke desa, ketika ia pensiun dari Kedutaan Besar Inggris di Ibu Kota. Lelaki yang aneh. Dia membeli rumah kayu di dekat telaga, tidak jauh dari rumah Karti. Hidup menyepi. Tinggal sendirian. Melukis dan mengail ke telaga.
3)    Latar
Latar yang ada dalam cerpen “Tebarkan Abu Jenazaku ke Telaga” karya S Prasetyo Utomo adalah latar tempat, latar sosial dan latar waktu.
Latar tempat di dalam cerpen ini adalah di telaga, rumah steven, dan surau. Latar telaga merupakan tempat dimana tokoh dalam cerpen ini menginginkan agar abu jenazanya di tebarkan ke telaga, yaitu tokoh Steven. Para tokoh dalam cerpen ini juga menggunakan latar telaga untuk tempat memancing ikan. Latar rumah Steven mucul ketika tokoh Steven mengajak tokoh aku untuk minum teh dirumahnya dan juga saat tokoh steven memberikan wasiat kepada tokoh aku untuk menebarkan abu jenazahnya di telaga. Sedangkan latar surau muncul saat tokoh aku hendak sholat subuh.
Latar sosial di dalam cerpen ini tampak dengan kehidupan tokoh Steven dan tokoh aku yang saling membutuhkan satu sama lain, dimana saat tokoh aku tak pernah melihat tokoh Steven memancing di telaga, dia merasa kehilangan. Sebaliknya, tokoh Steven juga sangat membutukan tokoh aku untuk membawanya ke telaga.
Latar waktu yang paling di tonjolkan dalam cerpen ini adalah pada saat subuh dini hari ketika tokoh aku hendak pergi ke surau untuk sholat subuh dan waktu Steven untuk memancing.
b.    Unsur Ekstrinsik
Nilai ekstrinsik di dalam cerpen “Tebarkan Abu Jenazahku ke Telaga” karya S Prastyo Utomo muncul dengan adanya nilai sosial. Nilai sosial adalah nilai yang mengarah pada hubungan timbal balik manusia satu dengan manusia yang lain atau dalam masyarakat. Nilai ini muncul  karena dalam cerpen ini antara tokoh saling membutuhkan, seperti pada kutipan berikut.
BERHARI-HARI aku tak bertemu Steven. Tiap pagi aku mengail sendirian, dan berharap lelaki bule itu akan menyusulku duduk di atas akar pohon joho tua. Meski kami tak berbincang-bincang, kehadirannya menenteramkan hatiku. Setidaknya aku, yang menikmati masa pensiun, dan kembali ke kampung halamanku, hidup berdua dengan istri yang sudah renta, menemukan pertautan rasa dengannya. Di desa ini ia tak memiliki kerabat dan keluarga. Atau baginya, tak diperlukan lagi kerabat dan keluarga?
Aku berangkat ke surau, melintasi jalan di depan rumah Steven, dengan rasa ingin mengetahui keadaannya. Mobilnya berada dalam garasi. Setangkup pintu kayu di pendapa rumahnya dibiarkan terbentang. Kesunyian menganga di dalamnya. Usai shalat subuh di surau, kembali melintasi depan rumah Steven, aku disambut Karti.
“Mampirlah ke rumah Tuan Steven,” pinta Karti, santun dan memohon. “Tuan dalam keadaan sakit.”
Dalam kutipan tersebut, tokoh aku merasa kehilangan Steven yang tak pernah muncul di telaga untuk memancing bersamanya. Setiap dia akan berangkat ke surau, dia selalu lewat depan rumah Steven, tetepi dia tak pernah melihat Steven. Sampai pada Karti member tahu bahwa Steven sedang sakit. Ada lagi kutipan yang memperlihatkan nilai sosial seperti dibawah ini.
Steven tak pernah mengeluh, dan tak menampakkan wajah yang murung. Ia berhenti melukis dan mengail di bawah pohon joho tua. Hingga suatu pagi, sepulang dari surau, dia sudah menantiku di pintu gerbang.
“Kau punya waktu mengantarku ke telaga?”
Tentu aku tak menolak permintaan Steven. Kuantar dia ke tepi telaga, di bawah pohon joho tua. Kutuntun ia sampai pohon joho, dan seperti mencari kenangan di antara akar yang melata dan bening air yang menggenang sebagaimana kebiasaan Steven. Aku mancing. Steven berdiam diri, merenung dalam ketenangan dan kesunyian telaga. Sepulang dari telaga, Steven merasa sangat berhutang budi padaku.
Steven tetap tampak bahagia. Meski tak bisa lagi melihat telaga. Tubuhnya memang kian lemah. Hingga aku tak pernah melihatnya di pintu gerbang rumahnya. Karti yang berkisah, Steven hanya terbaring di ranjangnya. Terkulai. Tak pernah lagi meninggalkan rumah. Ia telah melupakan kegemarannya pergi ke telaga untuk mengail ikan pada pagi berkabut.
      Di dalam kutipan tersebut, jelas sekali bahwa tokoh aku dan Steven hubungan sosialnya sangat erat dan saling menghargai satu sama lain.
3.     Penutup
Pada cerpen “Tebarkan Abu Jenazaku ke Telaga” karya S Prastyo Utomo, dalam cerpen ini menceritakan tokoh Steven yang tinggal di desa tepi sungai setelah pensiun dari pekerjaanya sebagai Duta Besar Inggris di Ibu Kota.  Begitu juga tokoh aku yang menghabiskan waktu pensiunya di desa. Steven yang menginginkan abu jenazanya ditebarkan ke telaga, memberikan wasiat tersebut pada tokoh aku. Nilai sosial dalam cerpen ini sangat tinggi. Dimana setiap tokohnya saling membutukan satu sama lain dan saling menghargai.


1 komentar: