Rabu, 12 Desember 2012

PRAGMATIK DAN PENGAJARANNYA

PRAGMATIK DAN PENGAJARANNYA

A.      Pragmatik dalam Pengajaran Bahasa
Dalam pragmatik, pengkajian bahasa didasarkan pada penggunaan bahasa bukan pada struktural semata. Konteks-konteks yang melingkupi suatu bahasa akan mendapat perhatian yang besar dalam kaitannya dengan makna yang muncul dari suatu penggunaan bahasa. Kondisi praktis tindak komunikatif menjadi pijakan utama dalam pengkajian pragmatik. Dalam hal ini, wacana-wacana yang berkaitan dengan proses komunikasai akan dikaji.
Menurut Maidar Arsyad, pragmatik membaca pengkajian bahasa ke dalam keterampilan menggunakan bahasa untuk berkomunikasi praktis dalam segala situasi yang mendasari interaksi kebahasaan antara manusia sebagai anggota masyarakat (1997 : 3.17). Nababan mengemukakan beberapa faktor penentu dalam berkomunikasai: siapa yang berbahasa dengan siapa; untuk tujuan apa; dalam situasi apa (tempat dan waktu); dalam konteks apa (peserta lain, kebudayaan dan suasana); dengan jalur apa (lisan atau tulisan); media apa (tatap muka, telepon, surat, dan sebagainya); dalam peristiwa apa (bercakap-cakap, ceramah, upacara, laporan, dan sebagainya) (1987 : 70). Adapun Suyono mengemukakan tiga konsep dasar dalam pengguanan bahasa (studi pragmatik) yaitu tindak komunikatif peristiwa, dan situasi komunikatif (1990 : 18).
Pragmatik akan sangat membantu dalam pengajaran bahasa (khususnya di sekolah). Dengan bentuknya yang pragmatis diharapkan siswa dapat menggunakan bahasa sasaran sesuai konteks yang melatari kegiatan bahasa nyata (Nurhadi, 1995 : 146). Dari pendapat tersebut komunikasi yang terjadi diorientasikan pada pencapaian kualitas yang bersiafat pragmatis, sehingga pengguna (siswa) dapat menggunakan bahasa sesuai dengan konteksnya. Seperti dikemukakan oleh Maidar Arsyad bahwa dalam pengajaran bahasa, pembuat kurikulum, atau program pembelajaran harus memikirkan bahan tentang berbagai ragam bahasa dan melatihkannya sesuai dengan situasai dan konteks pemakaiannya (1997 : 3.17). ada tiga hal penting dari pendapat tersebut yaitu program belajar, ragam bahasa, dan pelatihan sesuai situasi dan konteks.
Pembelajaran yang diorientasikan pada tataran praktis tindak komunikasi akan sangat diperlukan bagi peserta didik. Dalam hal ini, pendekatan komunikatif (lebih spesifik pragmatik) sangat membantu dalam mengarahkan proses pembelajaran bahasa yang dilakukan, terutama pada tataran pendidikan formal atau sekolah.
1.    Pragmatik sebagai cabang ilmu bahasa
Pragmatik sebagai ilmu merupakan cabang linguistik yan bidang kajiannya bukan bunyi dan bentuk bahasa, bukan pula makna bahasa, melainkan fungsi bahasa. Kajian makna secara semantis memusatkan perhatiannya pada kajian makna kalimat (termasuk makna kata atau klausa) secara abstrak atau kalimat yang bebas-konteks, sedangkan kajian makna secara prakmatis memusatkan perhatiannya pada kajian makna kalimat atau konteks. Kalimat dalam konteks inilah yang disebut tuturan atau ujaran.
Bambang Kaswanti Purwo (1990) membedakan bahan kajian menjadi dua:
1)   Bahan kajian linguistik
Sebagai bahan kajian linguistik pragmatik mengkaji:
a.    Deiksis
Purwo (1984, 1990) mengatakan bahwa deiksis mengacu bahan kajian yang berupa kata-kata yang rujikannya atau referennya berpindah-pindah. Sedang Nababan (1987; bandingkan dengan Purwo 1984) membedakan adanya lima jenis deiksis; deiksis orang, deiksis tempat, deiksis waktu, deiksis wacana, dan dieksis sosial.
b.    Praanggapan atau praduga
Mengkaji konsep dugaan atau anggapan sebelumnya yang ada dalam benak penutur pada waktu berbicara.
c.    Tindak ujaran atau tindak tutur
Mengkaji suatu kenyataan berbahasa bahwa pada waktu setiap penutur mengatakan suatu kalimat, sebenarnya ia tidak hanya mengucapkan, melainkan bersamaan dengan pengucapan itu ia melakukan sesuatu. Nababan (1987) membedakan adanya tiga macam tindak bahasa: lokusi, ilokusi, perlokusi.
d.   Impikatur percakapan
Dalam kaitan dengan konsep implikatur ini Grice (1957) membuat teori tentang bagaimana orang menggunakan bahasa supaya terjadi komunikasi yang baik. Dikatakan bahwa didalam mengguanakan bahasa seseorang harus mengindahkan prinsip kerja sama dan prinsip kesopanan. Prinsip kerjasama berisis empat maksim yakni aspek kualitas, kuantitas, relevansi, dan cara. Prinsip kesopanan berisi enam maksim yakni kebijaksanaan, kedermawanan, penghargaan, kesederhanaan, permufakatan, dan simpati.
2)   Bahan pengajaran bahasa
2.    Pragmatik sebagai bahan pengajaran bahasa
Bahan pengajaran pragmatik di dalam kurikulum 1984 mencoba menjabarakan semuanya itu ke dalam enam aspek bahan pengajaran: sosial, intelektual, emosional, informasi faktual, moral, dan penyalesaiaan masalah.
3.    Pragmatik sebagai suatu pendekatan pengajaran bahasa
Pendekatan dalam pengajaran bahasa mengacu pada asumsi atau aksioma tentang apa itu bahasa dan bagaimana belajar bahasa diyakini berlangsung.
Implikasi Pendekatan Pragmatik dalam Pengajaran Bahasa
Ø  Pertama : tujuan pengajaran yang harus dicapai adalah dimilikinya kemampuan komunikatif.
Ø  Kedua : pengajaran yang berupa satuan-satuan lingual itu harus disajikan dala suatu konteks komunikasi yang riil, bukan dibuat-buat.
Ø  Ketiga : karena di dalam konteks komunikasi yang riil satuan-satuan lingual itu tidak tersaji secara sistematis, maka tekanan penyajian perlu diprioritaskan pada kadar keseringan kemunculan satuan-satuan lingual di dalam suatu konteks. 
B.       Pendekatan Pragmatik dalam Pengajaran Bahasa
Istialah pragmatik dipakai secara lebih luas lagi untuk “aturan pemakaian bahasanya sehubungan dengan maksud pembicara sesuai dengan konteks dan keadaan”. Bahasa mempunyai bentuk-bentuk yang sesuai konteks dan keadaan. Bentuk-bentuk yang berbeda itu disebut ragam bahasa. Ada empat macam variasi bahasa bergantung pada faktor yang berbubungan atau sejalan dengan ragam itu. Keempat faktor itu adalah:
1.    Faktor geografis
2.    Faktor-faktor kemasyarakatan
3.    Faktor-faktor situasi berbahasa
4.    Faktor-faktor waktu
Orientasi belajar mengajar bahasa berdasarkan tugas dan fungsi berkomunikasai ini disebut komunikatif. Bentuk bahasa yang dipakai selalu dikaitkan dengan faktor-faktor penentu diatas. Ilmu tang mempelajari hubungan bahasa dengan faktor-faktor penentu itu disebut faktor pragmatik.
C.      Prangmatik dan Aspek-aspeknya dalam Pengajaran Bahasa Indonesia
1.    Pendekatan pragmatik atau komunikatif
Menurut Morris dalam (Gazdar 1979 : 85) bahwa pragmatik merupakan salah satu bagian dari telaah isyarat-isyarat atau tanda-tanda bahasa. Menurutnya dikatakan bahwa isyarat-isyarat bahasa, dalam pengkajiannya dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
1)   Sintaksis
2)   Semantik
3)   Pragmatik
2.    Hakikat aspek-aspek pragmatik bahasa indonesia
Aspek-aspek pragmatik diantaranya sebagai berikut:
1)   Aspek sosialisasi
2)   Aspek intelektual
3)   Aspek menyelengarakan sesuatu atau aspek perintah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar