Rabu, 12 Desember 2012

TUGAS PERENCANAAN PBSI METODE PEMBELAJARAN PBSI

TUGAS PERENCANAAN PBSI
METODE PEMBELAJARAN PBSI

Metode Pembelajaran Cerita Berantai
”Teknik cerita berantai adalah salah satu teknik dalam pengajaran berbicara yang menceritakan suatu cerita kepada siswa pertama, kemudian siswa pertama menceritakan kepada siswa kedua, dan seterusnya kemudian cerita tersebut diceritakan kembali lagi kepada siswa yang pertama,”
Menurut Tarigan (1990), “Penerapan teknik cerita berantai ini dimaksudkan untuk membangkitkan keberanian siswa dalam berbicara. Jika siswa telah menunjukkan keberanian, diharapkan kemampuan berbicaranya menjadi meningkat.”
Teknik atau metode cerita berantai bisa dimulai dari seorang siswa yang menerima informasi dari guru, kemudian siswa tadi membisikkan informasi itu kepada teman lain, dan teman yang telah menerima bisikan meneruskannya kepada teman yang lain lagi. Begitulah seterusnya. Pada akhir kegiatan akan dievaluasi, yaitu: siswa yang mana yang menerima informasi yang benar atau salah. Siswa yang salah menerima informasi tentu akan salah pula menyampaikan informasi kepada orang lain. Sebaliknya, bisa saja terjadi informasi yang diterima oleh siswa itu benar tetapi mereka keliru menyampaikannya kepada teman yang lain. Untuk itu, diperlukan pertimbangan yang cukup bijak dari guru untuk menilai keberhasilan teknik cerita berantai ini.
Secara lebih detail dan sistematis, metode cerita berantai yang dikembangkan oleh Tarigan (1990) tersebut dapat diterapkan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
  1. Guru menyusun suatu cerita yang dituliskan dalam sehelai kertas.
  2. Cerita itu kemudian dibaca dan dihapalkan oleh siswa.
  3. Siswa pertama menceritakan cerita tersebut, tanpa melihat teks, kepada siswa kedua.
  4. Siswa kedua menceritakan cerita itu kepada siswa ketiga.
  5. Siswa ketiga menceritakan kembali cerita itu kepada siswa pertama.
  6. Sewaktu siswa ketiga bercerita suaranya direkam.
  7. Guru menuliskan isi rekaman siswa ketiga di papan tulis.
  8. Hasil rekaman diperbandingkan dengan teks asli cerita.
Untuk menerapkannya lebih lanjut teknik cerita berantai dapat ditempuh langkah-langkah berikut:
  1. Guru menyiapkan sehelai kertas yang bertuliskan cerita atau pesan (kurang lebih satu atau tiga kalimat) yang akan disampaikan kepada siswa.
  2. Pesan yang hendak disampaikan guru menyangkut kejadian-kejadian yang cukup menarik dan berarti bagi siswa. Misalnya: cara meningkatkan hasil belajar, penerapan disiplin diri, atau motivasi belajar.
  3. Siswa yang duduk di depan menerima pesan dari guru dan meneruskannya kepada siswa yang duduk di sebelahnya. Kegiatan ini dilakukan siswa di depan kelas sambil berdiri.
  4. Siswa yang telah menerima pesan meneruskannya kembali kepada siswa lain. Kegiatan ini dilakukan sampai pada tiga orang siswa saja.  Kemudian siswa ketiga menceritakan isi cerita kepada siswa pertama.
  5. Guru dan siswa membandingkan isi cerita siswa pertama dan ketiga.
Dari hasil penelitian yang pernah dilakukan, penggunaan teknik cerita berantai ternyata memberikan beberapa manfaat dalam meningkatkan keterampilan berbicara siswa,  antara lain:
1.                  Pembelajaran berlangsung lebih efektif.
2.                  Keaktifan siswa lebih meningkat.
3.      Terjadi interaksi yang positif antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan guru.
4.      Proses pembelajaran berjalan lebih terarah dan lebih menarik.
Di samping manfaat di atas, penerapan teknik cerita berantai menurut hasil temuan di lapangan juga memiliki beberapa kendala dan hambatan, seperti:
1.                  Waktu yang tersedia masih kurang mencukupi.
2.                  Memerlukan kecermatan dalam memberikan penilaian.
3.                  Kalimat yang panjang lebih dari tiga kalimat masih sulit untuk disimak.
Kenapa saya menggunakan metode cerita berantai?
Meskipun metode atau teknik cerita berantai ini sering digunakan dalam keterampilan berbicara, tetapi metode bercerita secara berantai ini juga bias di gunakan dalam keterampilan mendengarkan. Dalam satu KD dapat memasukan beberapa keterampilan, tidak harus terfokus pada satu keterampilan. Hubungan antara keempat keterampilam adalah “Catur Tungal” atau bisa di sebut 4 in 1. Artinya, apabila satu keterampilan digunakan, maka ketiga keterampilan yang lain akan ikut digunakan. Jadi dalam hal ini saya menggunakan dua keterampilan dalam pembelajaran yang saya pilih.
            Kemampuan yang ingin saya capai dalam pembelajaran ini adalah siswa dapat memaknai dengan cermat, cepat, dan tepat tentang peristiwa atau cerita yang didengarnya, baik secara lisan maupun dengan pemutaran film, dsb. Serta membangkitkan keberanian siswa dalam berbicara sehingga kemampuan berbicara siswa menjadi meningkat.

Metode ceramah
Metode Ceramah (Preaching Method)
Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan saecara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Muhibbin Syah, (2000). Metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi, dan paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli dan paham siswa. 

Beberapa kelemahan metode ceramah adalah :
a.  Membuat siswa pasif
b. Mengandung unsur paksaan kepada siswa
c. Mengandung daya kritis siswa ( Daradjat, 1985)
d. Anak didik yang lebih tanggap dari visi visual akan menjadi rugi dan anak didik yang lebih tanggap auditifnya dapat lebih besar menerimanya.
e. Sukar mengontrol sejauhmana pemerolehan belajar anak didik.
f. Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).
g. Bila terlalu lama membosankan.(Syaiful Bahri Djamarah, 2000)

Beberapa kelebihan metode ceramah adalah :
a. Guru mudah menguasai kelas.
b. Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar
c. Dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar.
d. Mudah dilaksanakan (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)

METODE CERAMAH PLUS
Metode Ceramah Plus
Metode ceramah plus adalah metode mengajar yang menggunakan lebih dari satu metode, yakni metode ceramah gabung dengan metode lainnya.Dalam hal ini penulis akan menguraikan tiga macam metode ceramah plus yaitu : 

a. Metode ceramah plus tanya jawab dan tugas (CPTT).
Metode ini adalah metode mengajar gabungan antara ceramah dengan tanya jawab dan pemberian tugas.
Metode campuran ini idealnya dilakukan secar tertib, yaitu :
1). Penyampaian materi oleh guru.
2). Pemberian peluang bertanya jawab antara guru dan siswa.
3). Pemberian tugas kepada siswa. 

b. Metode ceramah plus tugas dan diskusi (CPTD)
Metode ini dilakukan secara tertib sesuai dengan urutan pengkombinasiannya, yaitu pertama guru menguraikan materi pelajaran, kemudian memberikan tugas dan akhirnya siswa melakuakan diskusi.

c. Metode ceramah plus demonstrasi dan latihan (CPDL)
Metode ini dalah merupakan kombinasi antara kegiatan menguraikan materi pelajaran dengan kegiatan memperagakan dan latihan (drill)

Metode diskusi dan jigsaw
Metode Diskusi ( Discussion method )
Muhibbin Syah ( 2000 ), mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah (problem solving). Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok (group discussion) dan resitasi bersama (socialized recitation).

Metode diskusi diaplikasikan dalam proses belajar mengajar untuk :

a. Mendorong siswa berpikir kritis.
b. Mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas.
c. Mendorong siswa menyumbangkan buah pikirnya untuk memcahkan masalah bersama.
d. Mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdsarkan pertimbangan yang seksama.

Kelebihan metode diskusi sebagai berikut :
a. Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan
b. Menyadarkan ank didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik.
c. Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya dan membiasakan bersikap toleransi. (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)

Kelemahan metode diskusi sebagai berikut :
a. tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar.
b. Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.
c. Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.
d. Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)

Model Pembelajaran Jigsaw

Jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Elliot Aronson’s. Model pembelajaran ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada kelompoknya.
Sesuai dengan namanya, teknis penerapan tipe pembelajaran ini maju mundur seperti gergaji. Menurut Arends (1997), langkah-langkah penerapan model pembelajaran Jigsaw dalam matematika, yaitu:
1. Membentuk kelompok heterogen yang beranggotakan 4 – 6 orang
2. Masing-masing kelompok mengirimkan satu orang wakil mereka untuk membahas topik, wakil ini disebut dengan kelompok ahli
3. Kelompok ahli berdiskusi untuk membahas topik yang diberikan dan saling membantu untuk menguasai topik tersebut
4. Setelah memahami materi, kelompok ahli menyebar dan kembali ke kelompok masing-masing, kemudian menjelaskan materi kepada rekan kelompoknya
5. Guru memberikan tes individual pada akhir pembelajaran tentang materi yang telah didiskusikan
Kunci pembelajaran ini adalah interpedensi setiap siswa terhadap anggota kelompok untuk memberikan informasi yang diperlukan dengan tujuan agar dapat mengerjakan tes dengan baik.
Bila dibandingkan dengan metode pembelajaran tradisional, model pembelajaran Jigsaw memiliki beberapa kelebihan yaitu:
1. Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar,karena sudah ada kelompok ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekannya
2. Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat
3. Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat.
Dalam penerapannya sering dijumpai beberapa permasalahan yaitu :
1. Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol jalannya diskusi. Untuk mengantisipasi masalah ini guru harus benar-benar memperhatikan jalannya diskusi. Guru harus menekankan agar para anggota kelompok menyimak terlebih dahulu penjelasan dari tenaga ahli. Kemudian baru mengajukan pertanyaan apabila tidak mengerti.
2. Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berfpikir rendah akan mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai tenaga ahli. Untuk mengantisipasi hal ini guru harus memilih tenaga ahli secara tepat, kemudian memonitor kinerja mereka dalam menjelaskan materi, agar materi dapat tersampaikan secara akurat.
3. Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan.
Untuk mengantisipasi hal ini guru harus pandai menciptakan suasana kelas yang menggairahkan agar siswa yang cerdas tertantang untuk mengikuti jalannya diskusi.
4. Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti proses pembelajaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar