Senin, 01 April 2013

STRATEGI DAN TEKNIK PEMBELAJARAN SASTRA

BAB I
PENDAHULUAN
1.    Latar Belakang
Pembelajaran sastra merupakan bagian dari pembelajaran bahasa. Dimasukkannya pembelajaran sastra ke dalam pembelajaran bahasa Indonesia kiranya dapat dimaklumi, karena secara umum, sastra adalah segala sesuatu yang ditulis. Pengertian semacam itu dianggap terlalu luas dan juga terlalu sempit. Dianggap terlalu luas karena, dengan demikian, semua buku termasuk sastra. Dianggap terlalu sempit dengan keberatan bahwa macam balada yang dinyanyikan dan cerita yang dibacakan, dengan demikian, tidak termasuk dalam sastra (Sumaryadi, 2008).
Pembelajaran sastra penting bagi siswa karena berhubungan erat dengan keharuan. Sastra dapat menimbulkan rasa haru, keindahan, moral, keagamaan, khidmat terhadap Tuhan, dan cinta terhadap sastra bangsanya (Broto, 1982: 67). Di samping memberikan kenikmatan dan keindahan, karya sastra juga memberikan keagungan kepada siswa pada khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya. Sastra Indonesia secara umum dapat dipakai sebagai cermin, penafsiran, pernyataan, atau kritik kehidupan bangsa.
Fungsi sastra kiranya tidak perlu diragukan lagi. Sastra dapat memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap cara berpikir orang mengenai hidup, baik dan buruk, benar dan salah, dan cara hidupnya sendiri dan bangsanya (Soeharianto, 1976: 25). Pendek kata, sastra memberikan berbagai kepuasan yang sangat tinggi nilainya, yang tidak dapat diperoleh dengan cara lain sehingga sastra memberikan pengaruh yang menguntungkan kepada penikmatnya.
Pada proses pembelajaran sastra tentunya melibatkan guru sastra (dalam hal ini guru bahasa Indonesia) sebagai pihak yang mengajarkan sastra, dan siswa sebagai subjek yang belajar sastra. Dalam pembelajaran sastra ada suatu stratergi sebaagai suatu alternatif yang menawarkan keefektifan guru bahasa Indonesia. Jika berbicara masalah strategi tidak lepas dari masalah teknik yang mendukung stategi supaya berhasil. Dengan demikian, secara hirarkis akan dikemukakan adanya dua tataran, yaitu: strategi dan teknik.
2.    Rumusan Masalah
Pada pembahasan di atas dapat diidentifikasi rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana yang di maksud dengan strategi pembelajaran?
2.      Bagaimana yang di maksud dengan teknik pembelajaran?
3.    Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas dapat diambil tujuan masalah sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui maksud dari strategi pembelajaran.
2.      Untuk mengetahui maksud dari teknik pembelajaran.

BAB II
PEMBAHASAN
1.    Pembahasan
1.1    Strategi Pembelajaran
Menurut Wena (2011:5), strategi pembelajaran adalah cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda.
Strategi pembelajaran PAILKEM merupakan salah satu strategi yang dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran. PAILKEM merupakan sinonim dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Efektif, dan Menarik (Mohamad, 2011:10-16).
a.    Pembelajaran yang Aktif
Aktif dalam strategi ini adalah memosisikan guru sebagai orang yang menciptakan suasana belajar yang kondusif atau sebagai fasilitator dalam belajar, sementara siswa sebagai peserta belajar yang harus aktif.
b.    Pembelajaran yang Inovatif
Inovatif disini, guru tidak saja tergantung dari materi pembelajaran yang ada pada buku, tetapi dapat mengimplementasikan hal-hal baru yang menurut guru sangat cocok dan relevan dengan masalah yang sedang dipelajari siswa.
c.    Pembelajaran yang Menggunakan Lingkungan
Konsep pembelajaran ini berangkat dari belajar kontekstual dengan lebih mengedepankan bahwa hal yang perlu dipelajari terlebih dahulu oleh siswa adalah apa yang ada pada lingkungannya.
d.   Pembelajaran yang Kreatif
Kreatif dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa.
e.       Pembelajaran yang Efektif
Segala pertimbangan dalam strategi ini menyangkut tujuan yang disusun berdasarkan kemampuan siswa, pemilihan materi yang benar-benar menunjang tujuan, penetapan metode yang sesuai dengan karakteristik siswa, penggunaan media yang pas serta evaluasi yang tertuju pada tujuan yang telah ditetapkan, pada akhirnya tetap terpulang pada bagaimana peran seorang guru dalam mengelola proses pembelajaran.
f.       Pembelajaran yang Menarik
Inti dari strategi pembelajaran yang menarik terletak pada bagaimana memberikan pelayanan kepada siswa sebab posisi siswa jika diibaratkan dalam sebuah perusahaan, maka siswa merupakan pelanggan yang perlu dilayani dengan baik.
1.2    Teknik Pembelajaran
Mohamad (2011:7) menyatakan bahwa teknik pembelajaran adalah jalan, alat atau media yang digunakan oleh guru untuk mengarahkan kegiatan peserta didik ke arah tujuan yang diinginkan atau dicapai. Dengan kata lain teknik adalah cara yang digunakan dan bersifat implementatif. Menurut Trianto (2011:52) model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang dapat digunakan untuk mendesain pola-pola mengajar secara tatap muka di dalam kelas dan untuk menentukan material/perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film-film, program-program media komputer. Dapat disimpulkan bahwa teknik sama dengan model yang berarti penggunaan perangkat/alat/media untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Suatu teknik harus konsisten dengan metode dan sesuai pula dengan pendekatannya. Teknik berkaitan dengan strategi yang benar-benar terjadi di ruang kelas. Strategi yang efektif dan efisien akan tercipta bila strategi itu dapat dengan mudah diterapkan dan dapat menunjang prestasi belajar siswa.
Teknik induksi tidak hanya menuntut peran serta aktif siswa, tetapi lebih jauh daripada itu, mendorong dan memberi kesempatan yang seluas-luasnya dan sebanyak-banyaknya kepada siswa untuk mendekati sendiri karya sastra, menggauli secara langsung, dan akhirnya diharapkan mampu menikmati, menghayati, dan menghargai karya sastra itu sendiri. Guru hanya bersifat merangsang, memancing, mendorong, dan mengarahkan kegiatan itu. Yang terjadi selama ini, tampaknya para guru sastra di lapangan cukup dengan membuat siswanya paham dan mengerti karya sastra melalui penjelasan atau informasi, tanpa ada kontak langsung siswa-karya. Siswa dijejali sekian banyak teori dan sejarah sastra. Dengan demikian, siswa banyak tahu dan paham (hafal) pengetahuan sastra, tetapi tidak atau kurang mampu mengapresiasi karya. Tujuan utama pembelajaran sastra masih jauh dari terpenuhi. Kegiatan macam itu jelas kegiatan yang sangat tidak apresiatif.
Penamaan induksi untuk teknik ini sesungguhnya meminjam istilah dari bidang logika. Seperti diketahui, terdapat dua cara penarikan kesimpulan, yaitu logika induktif dan logika deduktif. Logika induktif yang dipakai di sini erat hubungannya dengan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum. Sebagai suatu proses tertentu, induksi berupaya menyimpulkan pengetahuan yang ’umum’ atau universal dari pengetahuan yang ’khusus’ atau partikular. Induksi merupakan cara berpikir dengan jalan menarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual.
Sebagai ilustrasi, mengajarkan pantun, misalnya, teknik yang cenderung selalu digunakan para guru sebagai berikut. Pertama, guru memberikan pengertian, batasan, atau definisi pantun. Berikutnya diberikanlah ciri-ciri pantun atau mengapa bentuk itu disebut pantun. Akhirnya, disajikan contoh-contoh pantun. Langkah tersebut masih ditambah lagi dengan model penyajian dikte oleh guru. Langkah tersebut sangat tidak apresiatif, sehingga hasilnya pun berupa pengetahuan hafalan belaka.
Dengan teknik induksi yang merupakan pembalikan langkah-langkah tersebut di atas, siswa diberi kesempatan langsung berhadapan, berdialog, dan menikmati karya puisi lama itu. Dengan bimbingan guru siswa diajak mampu menemukan letak-letak keindahannya, ciri-ciri bentuknya, yang akhirnya sampai pada penyimpulan bahwa karya puisi itu adalah pantun.
Yang juga perlu diingat bahwa pembicaraan atau pembahasan tidak boleh hanya terbatas pada unsur bentuknya saja. Yang lebih penting justru pembahasan terhadap unsur isinya. Pembicaraan dapat saja berkisar pada pokok masalah yang diungkapkan, pendapat pengarang atau penyair tentang pokok masalah tersebut, perasaan, nada bicara, amanat yang terkandung, peristiwa yang dibayangkan terjadi di belakang karya, dan seterusnya.

BAB III
PENUTUP

1.    Kesimpulan
Pembelajaran sastra merupakan bagian dari pembelajaran bahasa. Guru sebagai fasilitator yang merangkum kedua pelajaran tersebut hendaknya dapat menggunakan strategi dan teknik yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Bahasan kali ini menggunakan strategi PAILKEM dan teknik induksi.
Strategi pembelajaran PAILKEM merupakan salah satu strategi yang dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran. PAILKEM merupakan sinonim dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Efektif, dan Menarik. Teknik induksi memberikan peran serta aktif kepada siswa, juga mendorong dan memberi kesempatan yang seluas-luasnya dan sebanyak-banyaknya kepada siswa untuk mendekati sendiri karya sastra, menggauli secara langsung, dan akhirnya diharapkan mampu menikmati, menghayati, dan menghargai karya sastra.

DAFTAR PUSTAKA

Broto, A.S. 1982. Metode Proses Belajar-Mengajar Berbahasa Dewasa Ini. Solo: Tiga Serangkai

Mohamad, Nurdin dan Hamzah B. Uno. 2011. Belajar dengan Pendekatan Pembelajaran, Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Efektif, Menarik. Jakarta: Bumi Aksara.

Soeharianto, S. 1976. “Peranan Puisi dalam Kehidupan Kita” dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra Th.I. Nomor 6. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud.

Sumaryadi. 2008. Pembelajaran Sastra di Sekolah dalam http://www.sumaryadi.multiply.com/journal/item/2008/03 di akses pada 15 Desember 2011.

Trianto. 2011. Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Wena, Made. 2011. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi


POINT PENTING ISI MAKALAH
Pembelajaran sastra merupakan bagian dari pembelajaran bahasa, karena secara umum sastra adalah segala sesuatu yang ditulis. Pembelajaran sastra penting bagi siswa, karena sastra dapat menimbulkan rasa haru, keindahan, moral, keagamaan, dan cinta terhadap sastra bangsanya. Dalam bahasan ini strategi yang digunakan dalam pembelajaran sastra yaitu strategi PAILKEM dan Teknik pembelajaran sastranya menggunakan teknik induksi.
Strategi PAILKEM merupakan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Efektif, Menarik. Pembelajaran Aktif, guru hanya menjadi fasilitator, siswa yang harus aktif. Inovatif, guru menciptakan pembelajaran baru pada siswa sesuai dengan materi pembelajaran. Guru tidak hanya berpatok pada materi yang ada dibuku. Lingkungan, pembelajaran yang mengedepankan pada lingkungan siswa. Kreatif, guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Efektif, dalam hal ini guru harus memikirkan bagaimana agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Menarik, guru menciptakan hal pembelajaran yang menarik agar siswa tidak merasa bosan.
Teknik pembelajaran adalah jalan, alat atau media yang digunakan oleh guru untuk mengarahkan kegiatan peserta didik ke arah tujuan yang diinginkan atau dicapai. Teknik induksi memberi peran aktif siswa, juga mendorong dan memberi kesempatan yang banyak kepada siswa untuk mendekati karya sastra, dan diharapkan mampu menikmati, menghayati, dan menghargai karya sastra itu sendiri. Guru hanya bersifat merangsang, memancing, mendorong, dan mengarahkan kegiatan itu, guru berperan sebagai fasilitator.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar